Senin, 13 Juni 2011

KESAMAAN NEPENTHES GUNUNG SALAK DAN GUNUNG MANDALAWANGI(TNGGP)


Gunung Salak, merupakan salah satu gunung di Jawa Barat. Gunung yang dapat dilihat jelas dari kampus IPB Dramaga Bogor ini merupakan deretan gunung yang terbentuk dari hasil letusan yang sangat besar. Puncak-puncak gunung yang terlihat merupakan pinggiran kawah yang tersisa, besarnya letusan mengakibatkan kubahnya gunung hilang sehingga yang tersisa hanyalah badan gunung. 

Ketinggian gunung ini tidak setinggi Gunung Gede Pangrango. Puncak satu Gunung Salak hanya 2.211 mdpl, lebih rendah dibandingkan dengan Gunug Gede dengan ketinggian 2.900 mdpl. Tetapi karena letusan yang  sangat besar yang menghilangkan kubah gunung tersebut, lereng Gunung Salak sangat curam. Sehingga jalur pendakianpun harus memutar jauh untuk mendapatkan kemiringan lereng yang dapat didaki.

Perjalanan pendakian dimulai dari kawasan Gunung Bunder, dari resort hingga ke gerbang kawah ratu ditempuh sejauh lebih kurang 2 Km atau lebih kurang 1 jam berjalan kaki, dari gerbang kawah ratu kira-kira Hm 86 hingga Hm 46 ke kawah ratu, jalan yang digunakan sebagian merupakan jalur air. Di jalur ini air tersedia di sepanjang jalan tetapi semakin dekat dengan kawah air mulai terkontaminasi oleh Blerang. dari Kawah Ratu hingga Bajuri yaitu Hm 46 – HM 29 para pendaki harus melintasi tengah kawah, melintasi tengah kawah merupakan jalur yang paling cepat karena jika mengikuti pinggiran kawah akan memakan waktu yang cukup lama. Di kawah, tanda jalur pendakian sulit di lihat karena batu-batu yang tersusun tidak seperti jalan. Sebelum Kamp Bajuri para pendaki akan melewati kawasan hali pad berupa lapangan, perjalanan terus dilanjutkan hingga kamp bajuri. Dari kamp bajuri hingga puncak, para pendaki akan menempuh jarak perjalanan sejauh 5 Km atau lebih kurang 3 hingga 4 jam perjalanan. Jalur yang dilewati mayoritas seperti rawa dan tebing yang cukup terjal. Selain rawa, jalur ini sangat licin. Jalan yang berupa tanah yang sangat licin ini membuat perjalanan menjadi lambat dan sangat menguras tenaga. Selama perjalanan dari Bajuri hingga puncak, sumber air mengalir hanya terdapat di kamp Bajuri. Sepanjang perjalanan banyak tampungan air dari tanah tetapi sangat kotor karena terinjak oleh para pendaki. Sumber air terakhir hanya di puncak salak satu.

Di sepanjang perjalanan dari Kamp Bajuri hingga puncak dapat ditemui berbagai macam tanaman, yang menjadi pusat perhatian saya adalah Anggrek dan tanaman Nepenthes. Terdapat persamaan antar tanaman anggrek dan nepenthes disepanjang jalur pendakian Gunung Salak dengan Gunung Mandalawangi. Nepenthes ini terdiri dari 2 jenis nepenthes yaitu N mirabilis dan N gymnampora. Sama seperti yang terdapat di Gunung Mandalawangi Taman Nasional Gede Pangrango. selain kesamaan tersebut, ketinggian tempat nepenthes ini juga tidak terlalu jauh berbeda, pada Gunung Mandalawangi, nepenthes ini berada pada ketinggian sekitar 2.000 hingga 2.100 mdpl sedangkan pada Gunung Salak berada pada Hm 31 Hingga Hm 46 dengan ketinggian sekitar 2.000 mdpl, tempat tumbuh kedua nepenthes ini pun hampir sama yaitu disekitar lereng yang terjal dan dan terbuka sehingga dapat langsung menerima cahaya matahari dan hujan untuk Nepenthes mirabilis dan tumbuh direrimbunan tanaman semak untuk Nepenthes gymnampora. 

Nepenthes mirabilis
 



Nepenthes gymnampora